Nama
Luqmanul Hakim sangat populer dalam dunia Islam, karena nasihat-nasihatnya yang
penuh hikmah. Bukan sekadar pesan, namun nasihatnya merupakan pendidikan
seorang bapak terhadap anaknya yang penuh dengan kasih sayang serta ajaran
tentang akidah dan akhlak. Karena keteladanannya dalam mendidik anak itu pula,
Allah mengabadikan namanya dalam Alquran, yakni Surah Luqman.
Tentang asal-usul Luqman, ada beda pendapat di
antara para ulama. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang
kayu dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan, ia bertubuh pendek dan berhidung
mancung dari Nubah, dan ada yang berpendapat dia berasal dari Sudan. Dan, ada
pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim di zaman Nabi Daud AS.
Ada enam hal penting yang disampaikan Luqman
kepada anaknya. Pertama, larangan mempersekutukan Allah. (QS Luqman: 13).
Kedua, berbuat baik kepada dua orang ibu-bapak. (QS Luqman: 14). Ketiga, sadar
terhadap pengawasan Allah. (QS Luqman: 16). Keempat, mendirikan shalat, 'amar
makruf nahi mungkar, dan sabar dalam menghadapi persoalan. (QS Luqman: 17).
Kelima, larangan sombong dan membanggakan diri (QS Luqman: 18). Dan keenam,
bersikap sederhana dan bersuara rendah (QS Luqman: 19).
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah
Luqman tersebut, terutama soal keteladanan seorang bapak dalam mendidik anak.
Luqman menanamkan tauhid dan keimanan kepada Allah SWT, juga norma dan tata
cara berhubungan dengan keluarga dan masyarakat luas. Luqman tidak hanya
berbicara, tapi langsung memberikan uswah (teladan) kepada anaknya.
Urgensi keteladanan disebutkan dalam hadis
nabi. "Barang siapa yang memberikan contoh baik, maka baginya pahala atas
perbuatan baiknya dan pahala orang yang mengikuti hingga hari kiamat, yang
demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikit
pun. Dan barang siapa yang memberi contoh buruk, maka baginya dosa atas
perbuatannya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang
demikian itu tanpa dikurangi sedikit pun dosa orang-orang yang
mengikutinya." (HR Imam Muslim).
Maka dari itulah simaklah 25 Pesan Luqmanul Hakim kepada anaknya :
1. Hai anakku: ketahuilah, sesungguhnya dunia ini
bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau
ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan sampan yang
bernama taqwa, isi dari taqwa itu adalah iman dan layarnya adalah tawakal
kepada Allah SWT.
2. Orang – orang yang sentiasa menyediakan dirinya
untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari Allah SWT.
Orang yang insaf dan sadar setelah menerima nasihat orang lain, dia akan
sentiasa menerima kemulian dari Allah SWT.
3. Hai anakku: orang yang merasa dirinya hina dan
rendah diri dalam beribadat dan taat kepada Allah SWT, maka dia akan tawadhu
kepada Allah SWT, dia akan lebih dekat kepada Allah SWT dan selalu berusaha
menghindarkan maksiat.
4. Hai anakku: seandainya ibu bapa mu marah
kepadamu kerana kesilapan yang engkau lakukan, maka marahnya ibu bapa mu adalah
bagaikan baja bagi tanaman.
5. Jauhkan dirimu dari berhutang, kerana
sesungguhnya berhutang itu menjadikan diri kita hina di siang hari dan gelisah
di waktu malam.
6. Dan senantiasa berharap kepada Allah SWT
dijauhkan tentang hal-hal yang menyebabkan kita ingkar atas perinta Allah SWT.
Takutlah kepada Allah SWT dengan sebenar-benar rasa takut (takwa), tentulah
engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat Allah SWT.
7. Hai anakku: seorang pendusta akan lekas hilang
air mukanya karena tidak dipercayai orang lain dan seorang yang telah rusak
akhlaknya akan senantiasa banyak melamunkan hal-hal yang tidak benar.
Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah
daripada memberi pengertian kepada orang yang tidak mahu mengerti.
8. Hai anakku: engkau telah merasakan betapa
beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih lagi
daripada semua itu, adalah bilamana engkau mempunyai tetangga/jiran yang jahat.
9. Hai anakku: janganlah engkau mengirimkan orang yang bodoh sebagai utusan.Maka bila tidak ada orang yang cerdik,
sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.
10. Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah
dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja berdusta itu
telah memberikan akibat yang berbahaya.
11. Hai anakku: bila engkau mempunyai dua pilihan,
takziah orang mati atau hadir majlis perkahwinan, pilihlah untuk menziarahi
orang mati, sebab hal itu akan mengingatkanmu kepada akhirat sedang kan
menghadiri pesta perkahwinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan
duniawi sahaja.
12. Janganlah engkau makan sampai kenyang yang
berlebihan, kerana sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu adalah lebih
baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing saja.
13. Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan
saja karena manisnya sesuatu dan janganlah langsung memuntahkan pahitnya
sesuatu, karena manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum
tentu menimbulkan kesengsaraan.
14. Makanlah makananmu bersama sama dengan
orang-orang yang takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim ulama dengan
cara meminta nasihat dari mereka.
15. Hai anakku: bukanlah satu kebaikan namanya
apabila engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau
tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yang mencari kayu bakar, maka setelah terkumpul banyak engkau tidak mampu memikulnya, padahal engkau masih mau menambahkannya.
tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yang mencari kayu bakar, maka setelah terkumpul banyak engkau tidak mampu memikulnya, padahal engkau masih mau menambahkannya.
16. Hai anakku: bilamana engkau mahu mencari kawan
sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura pura membuat dia marah.
Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu,maka bolehlah
engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati hatilah.
17. Senantiasa bertutur kata dan halus budi
bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang
melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang
yang berharga.
18. Hai anakku: bila engkau berteman, tempatkanlah
dirimu padanya sebagai orang yang tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun
biarkanlah temanmu yang mengharapkan sesuatu darimu.
19. Jadikan dirimu dalam tingkah laku sebagai orang
yang tidak ingin menerima pujian atau
mengharap sanjungan orang lain karena itu adalah sifat riya yang akan mendatangkan cela pada dirimu.
mengharap sanjungan orang lain karena itu adalah sifat riya yang akan mendatangkan cela pada dirimu.
20. Hai anakku: janganlah engkau condong kepada
urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan oleh dunia saja kerana engkau
diciptakan ALLAH bukanlah untuk dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang
lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan urusan dunianya.
21. Hai anakku; usahakan agar mulutmu terjaga dari
kata-kata yang busuk dan kotor serta
kasar, karena engkau akan selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu
mendatangkan manfaat bagi orang lain.
kasar, karena engkau akan selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu
mendatangkan manfaat bagi orang lain.
22. Hai anakku: janganlah engkau mudah tertawa
kalau bukan karena sesuatu yang menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa
tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatu yang tidak bermanfaat
bagimu, janganlah menyia-nyiakan hartamu
23. Barang sesiapa yang penyayang tentu akan
disayangi, sesiapa yang pendiam akan selamat daripada berkata yang mengandungi
racun, dan siapa-siapa yang tidak dapat menahan lidahnya dari berkata kotor
tentu akan menyesal.
24. Hai anakku: bergaullah rapat dengan orang yang
alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya karena sesungguhnya hati ini
akan tentram mendengarkan nasihatnya, berilah hati ini dengan cahaya hikmah
dari mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur lalu disirami air hujan.
25. Hai anakku: ambillah harta dunia sekadar
keperluanmu sahaja, dan nafkahkanlah yang selebihnya untuk bekal akhiratmu.
Jangan engkau tendang dunia ini ke dalam keranjang sampah karena nanti engkau
akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain. Sebaliknya janganlah
engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang
engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan
dengan orang yang bersifat talam dua muka, kelak hal itu akan membinasakan
dirimu.
Untuk
itu, keluarga memegang peran penting agar anak-anak menemukan keteladanan dalam
hidupnya. Dari keluarga, anak menemukan tata nilai agama dan norma yang
berhubungan dengan masyarakat, sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW. Sehingga,
terbentuk keluarga sakinah yang senantiasa dinaungi hidayah Allah SWT. Insya
Allah. Kisah Lukman, Keteladanan Lukmanul Hakim dalam Mendidik Anak menjadi pedoman bagi kita amiin.......
EmoticonEmoticon