Friday 3 March 2017

Kenali Difteri




Kenali Gejala Difteri

Dinas kesehatan dan puskesmas kabupaten/kota harus tetap waspada dan rutin memantau di daerah masing-masing terhadap kemungkinan timbulnya penyakit difteri yang belakangan ini jangkitannya menunjukkan tren meningkat.

Masyarakat juga diminta waspada untuk segera memeriksakan dirinya ke dokter atau ke pusat pelayanan kesehatan apabila mengalami gejala yang merupakan ciri-ciri difteri. Antara lain, demam tinggi, sulit bernapas, batuk, adanya selaput tipis putih keabu-abuan pada tenggorokan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah, hidung beringus, awalnya cair, tapi lama-kelamaan kental dan berdarah.

Dengan mengenali ciri-cirinya, maka apabila satu di antara warga ada yang terkena difteri, dapat segera ditangani dengan baik. Warga sekitar juga dapat segera diberikan obat pencegahan atau vaksin agar tidak tertular.

Secara umum setiap tahun pihaknya mengeluarkan surat edaran untuk mengantisipasi kejadian luar biasa (KLB), tidak hanya untuk difteri, tapi juga untuk penyakit lainnya, seperti demam berdarah dangue (DBD).

Harus di Surabaya

Untuk mengetahui positif tidaknya, maka harus melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode kultur atau pembiakan yang dilakukan di Surabaya.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengetahui hasil tersebut adalah selama satu minggu hanya ada tiga provinsi yang menyediakan fasilitas laboratorium untuk memeriksa difteri tersebut, yakni Palembang, Jakarta, dan Surabaya.

Meskipun pasien masih berstatus dugaan dalam kasus difteri, namun perawatan yang diberikan sudah kita anggap seperti yang positif difteri tanpa menunggu hasil laboratorium. Soalnya, difteri ini sangat berbahaya dan menular, serta tingkat kematiannya juga tinggi. Jadi, apabila ada satu saja yang terkena difteri, maka itu sudah dianggap KLB.

difteri ini menular melalui saluran pernapasan seperti batuk dan bersin, karena kuman Coryne bacterium dihptheriae, satu bakteri gram positif yang berbentuk polimof, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora ini ditularkan ke orang lain melalui percikan saat bersin.

Selanjutnya, apabila dalam sebuah ruangan ada satu di antaranya terkena difteri, maka yang lainnya berpotensi tertular. Apabila tidak diimunisasi, kemungkinan besar akan terkena penyakit ini,” katanya.

Ia tegaskan bahwa semua yang berkontak erat dengan pasien difteri, baik itu di sekolah, pesantren, atau dalam masyarakat harus diberikan obat pencegahan dan vaksin, termasuk petugas kesehatan yang menanganinya.

Meski sewaktu kecil seseorang mendapatkan imunisasi lengkap, tetap harus divaksin sebab ia berkontak langsung dengan pasien difteri.

Menurutnya, yang terpenting dari kasus difteri ini adalah antisipasi dengan memberikan imunisasi yang lengkap pada semua bayi dan balita. Semua usia berisiko untuk terkena difteri ini, namun umumnya menyerang anak-anak.

Apabila menemukan kasus difteri penderita secepatnya dirujuk ke rumah sakit, minimalisir kontak dengan orang lain, pelacakan harus dilakukan secepatnya 24 jam setelah mendapatkan laporan KLB difteri, identifikasi kontak erat dengan kasus, dan semua kontak erat diawasi setiap hari selama 7 hari dari tanggal terakhir kontak dengan kasus. Demikian semoga bermanfaat...salam


EmoticonEmoticon